MEMBANGKITKAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH DENGAN PEMANFAATAN LAHAN KOSONG

MEMBANGKITKAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH DENGAN PEMANFAATAN LAHAN KOSONG


ABSTRAK

Kewirausahaan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk untuk dikembangkan. Banyak diantara sekolah-sekolah yang kesulitan untuk mengembangkan kewirausahaan baik karena factor minat, semangat dan pendukung yang kurang. Namun demikian hal paling mudah untuk menjadi modal bagi kita adalah niat, semangat dan kemauan untuk mengembangkanya. Membangkitkan kewirausahaan adalah hal yang wajib bagi sekolah terutama kepala sekolah sebagai seorang enterpreour di sekolah masing-masing. Sebetulnya banyak hal yang bis akita bangkitkan dari kewirausahaan di sekolah, yang terpenting adalah kita berpikir keras untuk mengembangkanya. Pemanfaatan lahan sekolah bisa dijadikan modal untuk dikembangkan bermacam-macam kewirausahan sampai ke unit produksi. Di dlama tulisan ini penulis coba untuk membangkitkan kewirausahaan dengan memanfaatkan lahan kosong disekolah dan hasilnya sangat memuaskan. Semoga tulisan ini bisa menjadi referensi bagi pembaca.

ABSTRACT

School entrepreneurship is a very important thing to be developed. Many of the schools have difficulty developing entrepreneurship either because of the lack of interest, enthusiasm and support factors. However, the easiest thing to become capital for us is the intention, passion and willingness to develop it. Generating entrepreneurship is mandatory for schools, especially school principals as entrepreneurs in their respective schools. Actually, there are many things that we can raise from entrepreneurship in schools, the most important thing is that we think hard to develop it. Utilization of school land can be used as capital to develop various entrepreneurships to production units. In this paper the author tries to generate entrepreneurship by utilizing vacant land in schools and the results are very satisfying. Hopefully this article can be a reference for readers.



BANGKITKAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH 

DENGAN PEMANFAATAN LAHAN KOSONG


Kewirausahaan dalam pendidikan sebagai upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk menjadikan sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini meliputi usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihat setiap unsur institusi sekolah adanya sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya secara realistis dan dapat dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mengembangkan karakter peserta didik sebagai wujud pengembangan diri dan dapat mendatangkan kesejahteraan (benefits) serta keuntungan financial (profits). Berdasarkan hal tersebutlah sangat penting adanya pendidikan kewirausahaan di dalam dunia sekolah, untuk membekali para peserta didik dalam berlatih kewirausahaan sebagai proses penanaman kewirausahaan sejak dini. Pendidikan kewirausahaan dapat diselipkan dalam kegiatan belajar mengajar pada beberapa tingkatan pendidikan yaitu mulai dari SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi untuk memberikan pengetahuan dan membentuk mental wirausaha dengan harapan dimasa depan munculnya wirausaha-wirausaha muda penerus bangsa yang kreatif dan inovatif.


Menurut Mohammad Saroni (2012:45) mengemukakan Pendidikan kewirausahaan adalah program pendidikan yang menggarap aspek kewirausahaan sebagai bagian penting dalam pembekalan kompetensi anak didik. Agus wibowo (2011:30) mengemukakan Pendidikan kewirausahaan adalah upaya internalisasi jiwa dan mental kewirausahaan baik melalui institusi pendidikan maupun institusi lain seperti lembaga pelatihan, training dan sebagainya.


Pendidikan kewirausahaan membantu pembentukan karakter dan jiwa wirausaha serta menanamkan kompetensi dan nilai-nilai kewirausahaan. Pemberian pendidikan kewirausahaan kepada peserta didik sangatlah penting seperti dikemukakan oleh Zimmerer dalam Suryana (2003:12) Salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan sekolah melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Peran sekolah melalui pengembangan kurikulum yang didalamnya terdapat program kewirausahaan diharapkan membuka pemahaman dan persepsi peserta didik tentang dunia wirausaha agar peserta didik mempunyai kreatifitas dan memacu ide-ide kreatif yang mereka miliki sebagai wujud karakter dalam pengembangan diri. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah program pendidikan yang menggarap aspek kewirausahaan untuk membentuk jiwa dan mental wirausaha. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk memberikan berbagai kompetensi dan ilmu mengenai kewirausahaan sebagai proses pengembangan karakter peserta didik.


Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Ki Tyasno Sudarto (2007), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdia/ dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).


Dari pengertian karakter itulah diharapkan dapat diterapkan dalam pendidikan kewirausahaan di sekolah untuk menumbuh kembangkan pendidikan karakter yang positif bagi peserta didik. Dalam hal ini pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) sangat penting dan diharapkan mampu menciptakan jiwa-jiwa wirausaha secara dini, sehingga mereka mampu mandiri dan menciptakan lapangan kerja nantinya. Dengan adanya kegiatan kewirausahaan di sekolah diharapkan dapat menjadi pengembangan pendidikan sesuai dengan tuntutan yang ada dilapangan. Oleh karena itulah, SMP Negeri 4 Rembang membuat program kewirausahaan kripik kangkung yang dimulai dengan memanfaatkan lahan kosong untuk dijadikan kebun sekolah. Kemudaian hasil kebun sekolah dimanfaatkan menjadi kripik kangkung dan dijual sebagai proses kegiatan kewirausahaan.


Tentunya kegiatan kewirausahaan ini harus memunculkan produk yang kreatif dan inovatif. Dengan adanya daya kreativitas dilandasi oleh cara berpikir yang maju dan penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk- produk yang sudah ada di pasar. Royan (2007: 1). Ide sering kali muncul dan datang tiba- tiba, serta orang lain mungkin tidak menyangka bahwa akan ditemukan sebuah produk baru. Produk inovatif maupun produk kreatif yang ditemukan oleh penemu- penemu lain, tentunya melalui berbagai proses yang diawali oleh sebuah ide.


Tujuan pengembangan kewirausahaan di SMP Negeri 4 Rembang merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha salah satunya pembuatan kripik kangkung dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.


Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan  kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.


Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan pembuatan karya yang memiliki nilai jual diberbagai bidang, salah satunya dibidang makanan kripik kangkung.


Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan yang dilakukan di SMP Negeri 4 Rembang sebagai upaya memanfaatkan lahan kosong untuk membangkitkan kewirausahaan di sekolah, kegiatan ini diawali dari kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri di luar mata pelajaran. Pengintegrasian kegiatan kewirausahaan sebenarnya dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dari semua mata pelajaran dengan menyusun silabus dan RPP. Namun, kegiatan kewirausahaan di SMP Negeri 4 Rembang masih dalah tahap awal pengembangan, sehingga belum terprogram secara menyeluruh di dalam kurikulum. Hal ini perlu adanya evaluasi dan peningkatakan kegiatan kewirausahaan sehingga dapat diintegrasikan secara menyeluruh di dalam kurikulum yang nantinya masuk dalam kegiatan pembelajaran.


Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak untuk belajar dan bermain. Bahkan tak jarang sekolah menjadi rumah idaman bagi sebagian Peserta didik yang aktif mengikuti program-program sekolah. Untuk itu seharusnya sekolah dirancang sebagai bangunan yang nyaman dan indah sehingga bayak Peserta didik yang betah belajar, mengembangkan diri dan berlama-lama di sekolah. Kondisi alam di Desa Panusupan yang berupa daerah pegunungan sangat cocok untuk dikembangkan kewirausahaa dalam bidang pertanian dengan pemanfaatan lahan kosong khususnya yang ada di lingkungan SMP Negeri 4 Rembang. Lokasi sekolah yang dibangun di lembah dusun Batur Desa Panusupan dengan lahan yang miring, banyak ditemui lahan kosong yang tidak dimanfaatkan selain didirikan bangunan.

 

Kondisi lingkungan SMP Negeri 4 Rembang yang masih asri dan kurang pemanfaatan lahan kosong menjadi lahan yang produktif, justru menjadi pemandangan yang tidak sedap dipandang karena ditumbuhi banyak rumput liar dan menjadi sarang nyamuk. Apabila hal tersebut dibiarkan maka pembelajaran bisa terganggu. Oleh karena itulah, pengelolaan sekolah terutama dalam penataan sekolah dengan memanfaatkan lahan kosong agar lebih produktif perlu dilakukan yang merupakan bagian dari kewirausahaan sekolah. Permasalahan lain adalah kurangnya guru untuk mengajak peserta didiknya memanfaatkan lahan kosong tersebut. Kurangnya kesadaran tersebut juga didukung dengan rendahnya pengetahuan guru tentang pemanfaatan lahan kosong di sekolah. Dengan adanya masalah tersebut, tim 7K dengan bimbingan kepala sekolah memanfaatkan lahan kosong di sekolah dengan menanam sayuran kangkung yang nantinya dijadikan kripik kangkung untuk menjadi kewirausahaan di SMP Negeri 4 Rembang. Kegiatan ini sebagai wujud pengintegrasian pengembangan diri untuk membangkitkan kewirausahaan di sekolah.


Pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan Januari 2022 dengan kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan pemanfaatan lahan kosong untuk ditanami berbagai sayuran salah satunya sayur kangkung. Pemanfaatan lahan kosong menjadi kebun sayur perlu adanya pembinaan dalam merawat dan mengembangkan kebun sayur tersebut. Kemudian hasil kebun tersebut diolah menjadi kripik dengan bahan dasar kangkung yang nantinya menjadi kewirausahaan sekolah. Adapun rincian pembahasan pada setiap kegiatan adalah sebagai berikut: 


Kegiatan Diskusi Pemanfaatan Lahan Kosong Sekolah sebagai Kebun Sayur

Kegiatan ini dilakukan dengan adanya diskusi sekolah yakni guru pembimbing 7K dan peserta didik SMP Negeri 4 Rembang. Materi diskusi meliputi cara pengolahan lahan kosong, cara menanam sayuran dan cara mengolah hasil sayuran tersebut menjadi kripik, pengemasan kripik dan pemasarannya. Dengan adanya diskusi tersebut diharapkan ada solusi untuk pemanfaatan lahan kosong menjadi kewirausahaan di SMP Negeri 4 Rembang. Selain itu guru pembimbing 7K aktif membantu dan mengajak peserta didiknya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kebun sayur sekolah yang nantinya dijadikan bagian kewirausahaan sekolah. 






Kegiatan Pelaksanaan Pembuatan Kebun Sayur Sekolah

 Kegiatan pelaksanaan pembuatan kebun sayur sekolah melalui beberapa tahap antara lain penetapan lahan kosong yang akan dipakai sebagai kebun sayur sekolah, pengolahan tanah yang nantinya dijadikan kebun sayur dan pembuatan tanah yang siap tanam dalam polybag, pengumpulan bibit sayuran dan proses penanaman. Masih banyak lahan kosong yang terdapat di SMP Negeri 4 Rembang. Lahan di belakang ruang kelas, lahan diantara ruang kelas, lahan di depan ruang kelas maupun lahan kosong lainnya yang benar-benar belum dimanfaatkan. 


Pada kegiatan ini, media tanam yang dipakai untuk membuat kebun sayur sekolah ada dua kegiatan, yakni media langsung menggunakan tanah di kebun sekolah dan media tanam tidak langsung mengunakan tanah dalam bentuk polybag. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan lahan agar berfungsi dengan baik. Karena media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Sedangkan media tanam dengan polybag menjadi salah satu alternative media tanam yang baik bagi lahan yang tidak bisa dimanfatkan secara langsung. Media tanam dalam polybag juga bisa dikerjakan secara bertahap dan mudah dalam pengerjaannya sehingga bisa dikerjakan oleh Peserta didik sekolah menengah pertama bahkan Peserta didik sekolah dasar. Manfaat budidaya tanaman dalam polybag adalah mudah dalam merawat tanaman, mudah menyeleksi antara bibit yang subur dan bibit yag kerdil atau kurang subur, tidak banyak membutuhkan lahan dan mudah dipindahkan ke lahan pertanian. Ada banyak ragam material yang bisa dimanfaatkan untuk membuat media tanam mulai dari yang alami hingga yang sintetis. Namun dalam kegiatan ini hanya akan menggunakan bahan organik yang banyak tersedia di alam, murah dan gampang pembuatannya. Bahan yang diperlukan untuk pembuatan media tanam sebagai berikut: 







a. Tanah (Bahan Utama) 

Untuk media tanam yang dilakukan secara langsung, melalui pengolahan tanah dengan cara dicangkul untuk digemburkan. Kemudian dibuat saluran air untuk drainase agar air tanah dapat menyimpan air dengan baik. Sedangkan dengan media polybag diambil tanah gembur dari lapisan bagian yang baik(top soil). Secara umum terdapat dua tipe tanah yang harus diperhatikan yakni tanah pasir dan tanah lempung. Tanah yang berpasir memiliki kemampuan drainase yang baik, cepat mengalirkan air namun kelemahannya tanah tersebut buruk dalam menyimpan air sebagai cadangan. Sedangkan tanah lempung lebih sulit ditembus oleh air sehingga akan membuat air tergenang dalam media tanam. Tanah yang baik untuk media tanaman tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu lempung, melainkan harus gembur. 


b. Kompos atau Humus 

Bahan lain yang diperlukan untuk membuat media tanam adalah kompos atau humus. Humus merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Kompos yang digunakan untuk media tanam adalah kompos padat. Hampir semua jenis kompos padat bisa digunakan sebagai bahan baku media tanam. Penambahan bahan-bahan organik seperti kompos atau humus pada media tanam bisa memperbaiki struktur fisik tanah. Kompos yang ditambahkan sebaiknya berupa kompos yang telah matang. Kompos yang belum matang berpotensi mendatangkan hama dan penyakit. Selain itu unsur haranya sulit diserap tanaman karena belum terurai secara penuh. Unsur bahan organik lain juga bisa digunakan sebagai pengganti kompos atau humus seperti pupuk kandang atau pupuk hijau. Hanya saja perlu digarisbawahi, sebaiknya gunakan pupuk kandang atau hijau yang telah matang benar dan teksturnya sudah berbentuk granul seperti tanah. Penggunaan pupuk kandang yang belum matang beresiko membawa hama dan panyakit pada tanaman. Pada kegiatan ini penggunaan pupuk menggunakan bahan organik yaitu menggunkan pupuk kandang yang sudah matang. Melimpahnya pupuk kandang disekitar sekolah menjadi kelebihan tersendiri, sehingga dapat dimanfaatkan dengan maksimal melalui peran serta Peserta didik. Peserta didik diwajibkan membawa pupuk kandang setiap hari Jumat yang selanjutnya diolah menjadi kompos agar pupuk kandang tersebut matang.


c. Sekam 

Bahan lain untuk membuat media tanam adalah sekam. Sekam bisa menggunakan sekam padi ataupun sekam serbuk gergajian kayu. Sekam berguna untuk meningkatkan kapasitas porositas tanah sehingga tanah tidak lembek dan mudah menyerap air. Sekam yang dibakar yang biasa disebut arang sekam juga bisa dimanfaatkan untuk campuran media tanam. Manfaat arang sekam adalah bisa menetralisir keasaman tanah, menetralisir racun, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, merangsang pertumbuhan mikroba yang menguntungkan bagi tanaman, menjadikan tanah gembur sehingga memperbaiki drainase dan aerasi tanah. 


Selain sekam padi atau serbuk gergaji kayu, bisa juga menggunakan sabut kelpa yang sudah tua atau sabut kelapa yang sudah lama dan melunak. Sabut kelapa memiliki sifat yang sama dengan sekam sehingga bisa dipakai sebagai campuran bahan untuk membuat media tanam. Pada kegiatan ini, sekam yang digunakan adalah sekam padi yang sudah lama. Sekam padi bisa dicari di sekitar lingkungan sekolah ditempat penggilingan padi. 


d. Pengumpulan Bibit Sayuran 

Bibit sayuran yang akan digunakan untuk ditanam merupakan tanaman yang dibawa Peserta didik SMP Negeri 4 Rembang dan beberapa bantuan dari guru dan sekolah. Guru pendamping 7K meminta beberapa Peserta didik dari kelas membawa bibit tanaman sayuran seperti singkong, ketela rambat, dan lain-lain. Sedangkan bibit sayuran seperti kangkung, cesim, bayam, pare, dan lain-lain dari bantuan guru dan sekolah. 


e. Proses Penanaman Sayur Menjadi Kebun sayur sekolah 

Penanaman sayur dilakukan oleh peserta didik SMP Negeri 4 Rembang. Setiap kegiatan ini selalu melibatkan Peserta didik dan guru SMP Negeri 4 Rembang mulai dari pembuatan media tanam , pengumpulan bibit tanaman sampai proses menanam bibit. Setelah tiga bulan berjalan, maka tanaman sayuran yang telah ditanam mulai tumbuh subur dan ada beberapa tanaman yang sudah bisa dimanfaatkan hasilnya seperti sayur kangkung dan cesim. 

Pengolahan Sayur Kangkung Menjadi Keripik Kangkung ( Unit Produksi)

Setelah kebun sekolah menghasilkan berbagai sayuran, salah satunya adalah kangkung yang dapat dimanfaatkan menjadi keripik. Pembuatan kripik ini menjadi salah satu program sekolah dibidang kewirausahaan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Kegiatan kewirausahaan pembuatan kripik kangkung di SMP Negeri 4 Rembang dimulai dari proses pemanfaatan kebun sekolah untuk memproduksi sayur kangkung untuk dijadikan bahan baku dasar. Kemudian  hasil panen kangkung dibuat menjadi kripik kangkung sebagai proses kewirausahaan dan dijual kepada masyarakat sekitar dan guru yang dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan ini sebagai bentuk melatih kewirausahaan dan menumbuhkan kemandirian peserta didik sebagai wujud pembentukan dan penguatan karakter. Adapun komposisi dalam membuat kripik kangkung adalah daun kangkung sebagai bahan dasar, tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras, telor, dan garam. Kemudian langkah-langkah membuat kripik kangkung adalah :

Haluskan bawang putih dan kemiri, lalu tambahkan tepung, telor, garam, kaldu, merica, dan air, lalu aduk rata

Petik daun kangkung, lalu campurkan ke adonan tepung hingga rata

Goreng dengan api kecil sampai kekuningan, setelah matang, angkat dan tiriskan

Keripik kangkung pun siap dinikmati

Proses pembuatan kripik kangkung dilakukan oleh peserta didik dengan bimbingan guru prakarya. Kegiatan tersebut mengenalkan kepada peserta didik bagaimana proses membuat suatu makanan sebagai bentuk pengalaman dalam mengembangkan karakter dalam bidang kewirausahaan.


Pengemasan Produk Kripik kangkung

Pengemasan hasil produksi kripik kangkung dikemas secara mandiri dengan memanfaatkan bahan yang ada dengan kemasan plastik yang menarik. Kemudian diberi stiker dengan logo produk kripik kangkung hasil kebun SMP Negeri 4 Rembang, sebagai identitas hasil karya kewirausahaan sekolah.




Proses Pemasaran Produk  Kripik Kangkung

Untuk pemasaran produknya, kami memasarkannya dimulai dari warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Kemudian mengembangkanya ke instansi pendidikan sebagai proses promosi produk keberbagai kalangan. Untuk harganya kami tarif 5.000 per bungkus, sehingga lebih mudah dalam penyampaian harga produk atau dalam pemasarannya.


Kendala yang dihadapi

Tentunya selama menjalankan usaha kripik kangkung pasti ada kendala-kendala yang sering kami hadapi. Kendala-kendala tersebut antara lain:

Kurang respon dari konsumen saat kami menawarkan produk.

Produk yang masih baru sehingga dari segi hasil perlu diperbaiki, misalnya masih banyak minyak dan tidak bertahan lama.

Produksi belum maksimal karena masih terbatas anggaran dan bahan dasar kangkung menunggu dari kebun sekolah.


Kegiatan Pembinaan 

Kegiatan pembinaan dilakukan dengan cara mengevaluasi setiap kegiatan dari pemanfaatan lahan kosong menjadi kebun sekolah, hasil kebun sekolah menjdi kripik, dan pemasaran kripik tersebut. Dengan adanya evaluasi dapat dilihat tingkat keberhasilan dan kekurangannya, sehingga dapat menjadi perbaikan untuk memajukan kewirausahaan di sekolah. Melihat hasil produk berupa kebun sayur sekolah yang dimanfaatkan menjadi keripik kangkung di SMP Negeri 4 Rembang, maka kepala sekolah dan guru pendamping berencana akan meneruskan program tersebut. Dengan adanya keberlanjutan program kewirausahaan di SMP Negeri 4 Rembang diharapkan nantinya bisa menjadi rujukan sebagai sekolah yang memiliki keunggulan dibidang kewirausahaan sekolah. 


Berdasarkan hasil yang dicapai dalam pemanfaatan lahan kosong dijadikan kebun sekolah untuk kewirausahaan dapat disimpulkan bahwa lahan kosong di sekolah khususnya SMP Negeri 4 Rembang bisa dimanfaatkan menjadi kebun sayur sekolah yang memiliki nilai keindahan, pendidikan, dan nilai ekonomi. Program ini akan terus dikembangkan oleh pihak SMP Negeri 4 Rembang pada lahan-lahan kosong di sekolah yang belum dimanfaatkan. Selain itu untuk mengembangkan program kewirausahaan ini perlu dilakukan inovasi terus-menerus dan keterlibatan semua pihak untuk penguatan pendidikan karakter di sekolah. sehingga beban untuk merawat kebun sayur sekolah dan memanfaatkan hasilnya menjadi kripik tidak hanya dibebankan pada guru pendamping 7K dan guru prakarya. *) Penulis adalah Kepala SMP Negeri 4 Rembang (Drs. Haryono) Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga.

Administrator
  16 Okt 2022
Kontak Kami