Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu membawa siswa tertarik untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. Keberhasilan belajar siswa terhadap mata pelajaran termasuk pelajaran IPS sangat dipengaruhi
oleh banyak hal meliputi sarana dan prasarana, guru, media, metode,
model yang digunakan oleh guru dalam memberikan pembelajaran, dan partisipasi aktif siswa. Model pemebelajaran yang menarik sangat dibutuhkan pada pelajaran IPS yang mencakup berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang meliputi sejarah, geografi, sosiologi/antropologi dan ekonomi. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran IPS jika model pembelajarannya tepat maka siswa akan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga harapan tujuan pembelajaran akan tercapai, tidak hanya aspek prestasi saja yang diraihnya namun ada aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek sosial.
(Ahmadi (2004 : 138) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menyebabkan terjadinya suatu pembaharuan dalam tingkah laku, berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada beberapa faktor yang dibedakan menjadi dua faktor. Faktor tersebut antara lain, faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya., sedangkan Hamid Darmadi ( 2009 : 108 ) menguraikan bahwa belajar adalah proses transaksi atau interaksi antar struktur potensi diri dengan guru atau sesuatu sehingga terjadi proses internasionalisasi atau personalisasi sesuatu serta tercipta perubahan diri,
Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas model pembelajaran yang tepat memiliki peran sangat penting dalam menarik peserta didik untuk mempelajari IPS yang merupakan salah satu pelajaran yang cenderung banyak hafalannya, lebih-lebih IPS Sejarah yang membuat peserta didik merasa bosan sehingga merasa jenuh dan malas, ditambah lagi guru dalam menyampaikan materi masih dengan model konvensional dengan ceramah sebagai andalan utamanya, yang akan membuat siswa semakin jauh dari kata tertarik. Padahal dalam pembelajaran guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi tetapi juga membekali siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan membangun pengetahuan tentang apa yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran tercapai maksimal.
Maka dari itu guru IPS (Sejarah) dituntut untuk melakukan variasi dan inovasi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang tepat untuk IPS (Sejarah). Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script. Menurut Anita Lie dalam Sukidin, Basrowi, & Suranto (2008:54), paradigma lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk itu guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok pemikiran, yaitu: (1) pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa, (2) siswa membangun pengetahuan secara aktif, (3) Guru perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4) Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa, dan Slavin (Isjoni, 2011:15) In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.
Maka sudah saatnya tidak hanya guru IPS (Sejarah) saja tapi semua guru mata pelajaran di SMP utama untuk mempelajari dan sekaligus menguasai tiap model pembelajaran dari para ahli yang salah satunya model cooperative script. Karena dengan model cooperatve script pembelajaran akan mengarah pada siswa untuk : a) melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan, b) setiap siswa mendapatkan peran, c) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan (Ala, 2011: 98). Pembelajaran yang seperti ini akan membuat siswa untuk belajar mencari pengetahuan sendiri, belajar berkolaboratif, berargumentasi, mejnadi pendengar, menjadi penyampai materi yang baik, dengan kata lain model Cooperative Scrip mengarahkan siswa untuk dapat membangun pengetahuan melalui kemampuan sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum yang mengedepankan pada proses pembelajaran.
Penulis adalah guru SMP Negeri 4 Rembang *)